Wednesday, January 10, 2018

Jodoh

Teruntuk kamu, yang hadirnya masih asing samar dalam sebuah perkenalan. Aku tak pernah tau bagaimana cara kita dipertemukan nanti. Yang aku tau dalam penantian ini aku selalu meminta tuhan menyertaimu dalam keadaan apapun. Kelak pada masanya, aku percaya sebuah pertemuan indah telah tuhan rencanakan untuk kita, hanya saja tuhan saat ini ternyata kurasa masih ingin merahasiakannya dengan baik padaku.

Tuhan mau kita sama sama memantaskan diri, sampai aku menjadi yang pantas untuk disandingkan denganmu nanti. Aku tau ini hanya soal waktu, aku perlu menunggu dan bersabar sedikit lagi saja untuk penantian ini. Hanya saja aku hanyalah wanita biasa, wajar bukan bila terkadang aku merasa resah dalam penantian ini? Ya, aku memang terlalu memakai perasaan untuk semua ini.

Aku hanya perlu meyakini bahwa kamu pun disana sedang memantaskan dirimu, aku percaya bahwa takdir tuhanku tak pernah salah pada akhirnya. Kamu dengar, bila memang sekarang ini belum saatnya, aku harap nanti bila saatnya tiba saat kamu merasa lelah dengan apa yang kamu cari, semoga memang aku akhir dari pencarianmu selama ini , semoga memang aku jawaban dari setiap doa doa panjangmu. Bila bukan saat ini, semoga nanti memang aku perempuan kedua yang kamu cintai dengan baik setelah ibumu.

Semoga memang aku perempuan yang akan kamu tunjukan dengan bangga pada orang orang terdekatmu nanti. Semoga memang aku perempuan yang kamu percayai untuk mendampingi hidupmu. Semoga pada masanya nanti tuhan dan semesta akhirnya mau mempersatukan kita. Saat ini aku hanya berharap tuhan selalu menjagamu dan menyertaimu. Seseorang yang aku harapkan menjadi penyempurna agamaku menggenapi separuh imanku. Semoga tuhan selalu menuntun niat baikmu untuk menujuku, seiring dengan segala doa doa baikku untukmu.

Pria kesayangan

Hai pria kesukaanku, sedang apa kau saat ini? Di sini aku sedang menatap layar komputer dan menuliskan sesuatu yang tak bisa ku sampaikan. Aku harap kau akan membacanya kelak.

Hari ini, aku bimbang, ya seperti biasanya. Sejak pertemuan terakhir kita aku menjadi lebih bimbang lagi akan sesuatu, dan akan diriku sendiri. Tentang apa yang ku pendam dan tentang bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Aneh memang rasanya mengapa rinduku belum juga berujung. Nah, inilah sepetik hal yang menjadi inti masalah kebimbanganku.

Kemarin, aku rasa hariku baik-baik saja meski tanpamu, sampai saatnya aku melihatmu (lagi). Bukankah setelah bertemu denganmu rinduku terobati? mengapa sekarang makin menjadi? Kau terlihat luar biasa seperti biasanya. Aku tak berani mendekat, karena aku tau, aku bukan siapa-siapa buatmu, hanya aku dengan lancangnya memberimu gelar sebagai pria favoritku, bodoh? Aku sadar tapi begitulah adanya.

Perlu kau tau, sampai saat ini kebodohanku masih berlanjut, aku masih mengagumimu dan kau belum juga mengerti. Tentang rasa ini dan tentangmu yang akhimya memutuskan untuk menjatuhkan pilihanmu pada seorang wanita lain, bukan aku.



Wanita itu bukan aku


Pedih rasanya mencerna fakta tentangmu dan tentang keberanianku yang terus terlelap di balik keputusasaan, aku tau ini salahku, aku menyakiti diriku sendiri, aku berbohong dengan menundukkan mataku yang sebenarnya ingin sekali melihat ke dalam matamu, mencari ruang tempatku berada, membaca seperti apa sebenarnya aku di matamu. Aku berbohong dengan sikapku yang seolah tak peduli, aku berbohong dalam diamku, aku berbohong dengan kata aku tidak mencintaimu, aku berbohong dan menelannya, rasanya pahit sekali sampai aku tak dapat merasakan apapun selain rasa pahit.

Lalu apa yg harus ku lakukan?


Aku terlalu mencintaimu sementara kamu terlalu mencintai dia