Hai pria kesukaanku, sedang apa kau saat ini? Di sini aku sedang menatap layar komputer dan menuliskan sesuatu yang tak bisa ku sampaikan. Aku harap kau akan membacanya kelak.
Hari ini, aku bimbang, ya seperti biasanya. Sejak pertemuan terakhir kita aku menjadi lebih bimbang lagi akan sesuatu, dan akan diriku sendiri. Tentang apa yang ku pendam dan tentang bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Aneh memang rasanya mengapa rinduku belum juga berujung. Nah, inilah sepetik hal yang menjadi inti masalah kebimbanganku.
Kemarin, aku rasa hariku baik-baik saja meski tanpamu, sampai saatnya aku melihatmu (lagi). Bukankah setelah bertemu denganmu rinduku terobati? mengapa sekarang makin menjadi? Kau terlihat luar biasa seperti biasanya. Aku tak berani mendekat, karena aku tau, aku bukan siapa-siapa buatmu, hanya aku dengan lancangnya memberimu gelar sebagai pria favoritku, bodoh? Aku sadar tapi begitulah adanya.
Perlu kau tau, sampai saat ini kebodohanku masih berlanjut, aku masih mengagumimu dan kau belum juga mengerti. Tentang rasa ini dan tentangmu yang akhimya memutuskan untuk menjatuhkan pilihanmu pada seorang wanita lain, bukan aku.
Wanita itu bukan aku
Pedih rasanya mencerna fakta tentangmu dan tentang keberanianku yang terus terlelap di balik keputusasaan, aku tau ini salahku, aku menyakiti diriku sendiri, aku berbohong dengan menundukkan mataku yang sebenarnya ingin sekali melihat ke dalam matamu, mencari ruang tempatku berada, membaca seperti apa sebenarnya aku di matamu. Aku berbohong dengan sikapku yang seolah tak peduli, aku berbohong dalam diamku, aku berbohong dengan kata aku tidak mencintaimu, aku berbohong dan menelannya, rasanya pahit sekali sampai aku tak dapat merasakan apapun selain rasa pahit.
Lalu apa yg harus ku lakukan?
Aku terlalu mencintaimu sementara kamu terlalu mencintai dia
No comments:
Post a Comment